Tuesday, April 5, 2011

[Short Story] Tak Ada yang Sempurna

Hari ini, hari pertama Mita untuk masuk sekolah, sekolah baru, teman baru, guru baru, semuanya baru untuk Mita. Sekarang sekolah Mita yang baru bernama SMA Negeri 1 Gandhi. Masa MOS (Masa Orientasi Siswa) telah dilalui Mita dengan sangat baik, dia telah menemukan berbagai hal sebelum waktu untuk memulai pelajaran yang baru. Untuk mendapatkan kelas yang sesuai baginya, ia harus melalui tahap tes. Dan akhirnya setelah tes, Mita pun mendapatkan kelasnya yaitu kelas X-1. Di dalam kelas itu, ia menemui teman-teman yang dijumpainya saat MOS, namun pada saat itu mereka semua belum saling mengenal. Lalu ia pun berbicara pada semua temannya untuk saling memperkenalkan diri di depan kelas.
            “Teman-teman semua aku minta perhatiannya sebentar, kita sekarang kan belum saling mengenal semua teman kita, bagaimana kalau kita sekarang saling memperkenalkan diri. Aku mulai duluan ya, namaku Mita Permata Wahyu aku tinggal di perumahan Pungging, senang berkenalan dengan kalian,” kata Mita dengan jelas.
            Lalu semua temannya pun bergantian maju kedepan kelas untuk memperkenalkan diri. Tepat setelah temannya yang terakhir maju ke depan kelas, seorang guru wanita pun masuk ke kelas. Guru tersebut juga memperkenalkan diri setelah menyapa murid-muridnya. Guru itu memperkenalkan diri sebagai wali kelas mereka yang bernama Ibu Pratiwi. Dari cara berbicara Bu Pratiwi yang lembut, Mita berpendapat bahwa wali kelasnya sangat baik hati dan perhatian. Setelah Bu Pratiwi mengenal wajah murid-muridnya satu persatu, beliau memutuskan untuk membentuk pengurus kelas. Dan seketika mereka mulai ribut karena bingung siapa yang pantas jadi pengurus kelas.
            “Bu Pratiwi, saya punya usul bagaimana memilih pengurus kelas, kita tanyakan pada teman-teman siapa yang berpeluang untuk jadi pengurus kelas, lalu kita bikin polling untuk menentukan siapa yang pantas,” kata Mita.
            “Oh, baiklah kalau begitu, siapa disini yang pantas untuk menjadi ketua kelas?” tanya Bu Pratiwi.
            Setelah itu semuanya berjalan dengan lancar dan beberapa orang telah terpilih untuk menjadi pengurus kelas. Posisi ketua kelas jatuh pada Mita, wakil ketua kelas adalah Rio, sekretaris 1 dan 2 dipegang oleh Adi dan Amira, dan posisi bendahara 1 dan 2 dipegang oleh Tania dan Nimas. Para murid lain pun setuju dengan terpilihnya pengurus kelas tersebut. Kemudian Bu Pratiwi menjelaskan peran para pengurus kelas dengan sangat jelas.
            Hari-hari pun berlanjut seperti layaknya seorang murid yang semangat untuk memperoleh ilmu. Semua teman-teman Mita pun akhirnya mendapatkan teman dekat mereka sendiri.
            Namun, ada seorang teman Mita yang tidak cukup bergaul dengan teman-temannya, ia bernama Riris, ia selalu terlihat sendirian. Menurut Mita, Riris termasuk anak yang cerdas dan baik, ia pun tidak tergolong anak yang pemalu. Setelah memperhatikan hal tersebut, Mita memutuskan untuk berbicara dengan semua temannya setelah pulang sekolah. Mita pun memberitahu semua temannya untuk tidak tergesa-gesa pulang. Teman-temannya setuju akan hal itu sekaligus penasaran kepada Mita, apa gerangan yang ingin Mita bicarakan pada mereka semua.
            Bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua teman Mita pun tak ada yang tergesa-gesa pulang. Mita pun langsung maju ke kelas dan berbicara dengan lantang pada teman-temannya.
            “Teman-teman, maaf aku menghalangi kalian untuk segera pulang. Tapi aku punya maksud berbicara pada kalian. Aku senang pada kebersamaan kalian yang telah mempunyai teman dekat sendiri-sendiri. Aku tanya, kita semua sekarang adalah keluarga kan? Tapi aku heran pada kalian, ada salah satu teman kita yang selalu terlihat sendirian, tak ada yang ingin mengajaknya berbicara. Apa kalian tahu siapa dia?” jelas Mita dengan lantang.
            Semua temannya saling berpandangan satu sama lain, mereka semua terheran-heran pada Mita, memangnya siapa yang tidak mereka ajak bicara. Lalu salah seorang temannya pun ikut berbicara.
            “Mita, aku tahu siapa yang kamu maksud, dia adalah Riris kan?” sebut Anggun.
            “Iya, kamu benar Anggun, yang aku maksud adalah Riris. Saat kalian pergi ke kantin bersama-sama, Riris hanya seorang diri tidak ditemani siapapun pergi ke kantin. Tak ada yang mencoba untuk berteman dengannya, tak ada yang mau mengajaknya bicara. Memangnya ada apa dengan Riris, apakah Riris telah melakukan hal yang menyakitkan hati kalian sehingga kalian semua tidak mau berteman dengan Riris?”
            Semua teman Mita diam dalam sekejap, tak ada yang menjawab pertanyaan Mita. Kelas pun menjadi hening.
            “Baiklah, jika kalian tak ada yang menjawab, kita akhiri saja pembicaraan kali ini. Aku harap kalian semua introspeksi diri di rumah. Dan besok aku menginginkan jawaban kalian. Kalian semua boleh pulang sekarang, dan aku akan bicara empat mata dengan Riris mengenai hal ini. Dan ingat sekarang kita adalah keluarga, jadi kita semua harus terbuka. Oke? Terima kasih, kalian sudah meluangkan waktu kalian.” kata Mita.
            Kemudian, setelah semua temannya keluar dari kelas untuk pulang, Mita mulai menghampiri Riris. Ia ingin berbicara dengan Riris.
            “Riris, aku mau bicara berdua denganmu sebentar saja.” Mereka berdua pun duduk di bangku Riris. “Aku lihat kamu adalah anak yang baik, dan cerdas, kamu juga tidak termasuk anak yang pendiam, saat pelajaran berlangsung pun kamu tidak hanya diam saja, kamu tidak sungkan tanya pada guru tentang apa yang tidak kamu ketahui. Bahkan saat baru masuk ke kelas ini pun kamu berteman dengan baik dengan teman-teman, bersenda gurau juga. Tapi kok belakangan ini kamu jadi pendiam saat tidak ada pelajaran. Kamu sekarang jarang banget bicara dengan teman-teman, memangnya kenapa sih? Apa yang membuatmu jadi kayak gini? Cobalah terbuka denganku, jadi ceritakan semuanya padaku.” jelas Mita dengan panjang lebar.
            Setelah Mita mengakhiri perkataannya, Riris menundukkan kepala. Ia terlihat sedih.
            “Iya Mita, dulu aku tidak punya masalah seperti ini, aku dulu bisa bergaul dengan mereka dengan mudah. Tapi aku tak tahu kenapa kok jadi seperti ini, seakan-akan mereka mencoba untuk menjauhiku. Aku jadi bingung sekarang,” jawab Riris.
            “Aku tahu perasaanmu sekarang Riris. Aku juga tidak tahu kenapa sekarang mereka tidak mau berbicara denganmu. Kita akan tahu jawaban mereka besok. Jadi lebih baik sekarang kita pulang saja karena sekarang hari sudah mulai sore,” kata Mita.
            Riris pun menyetujuinya, mereka berdua pun segera pulang.
***
            Esoknya, saat pulang sekolah, pembicaraan Mita yang kemarin dilanjutkan.
            “Teman-teman, kita lanjutkan pembicaraan kita yang kemarin. Bagaimana, apakah kalian telah mendapatkan jawaban kalian mengapa kalian berusaha untuk menjauhi Riris. Kemarin aku sudah bicara berdua dengan Riris saat kalian sudah pulang semua. Dia sudah cerita padaku, dia juga tidak tahu mengapa kalian berbuat begitu padanya,” kata Mita.
            “Baiklah Mita, aku akan bicara mengapa kita semua berusaha menjauhi Riris dan tidak pernah mengajaknya bicara. Aku menyadari bahwa selama aku berteman dengan Riris, aku menemukan hal yang aneh pada dirinya, dia terlihat aneh selain itu dia juga mempunyai kebiasaan buruk. Itu yang membuatku tidak suka padanya. Teman-teman yang lain juga sependapat denganku, mereka juga tidak suka pada kelakuan Riris,” jawab Anggun.
           Seketika semua wajah teman-teman Mita pun berubah menjadi takut setelah Anggun menceritakan semuanya. Mereka takut Mita marah akan pengakuan Anggun. Mita terlihat kaget atas perkataan Anggun. Riris juga terlihat kaget.
            “Oh jadi itu penyebabnya, aku mengerti sekarang. Teman-teman yang lain, apakah kalian punya maksud lain untuk menjauhi Riris?” tanya Mita.
            Adi menjawab pertanyaan Mita, “Mita, aku tidak punya maksud lain untuk menjauhi Riris, awalnya pun aku tidak menjauhi Riris, tapi banyak teman yang mempengaruhi aku untuk menjauhinya salah satunya adalah Anggun. Ia terus mempengaruhi aku dan teman laki-laki. Aku sebenarnya pun tidak tahu mengapa mereka menjauhi Riris.”
            “Kalian semua tega ya, memperlakukan Riris seperti itu! Riris itu teman kita, keluarga kita. Jika kalian menjadi Riris apa yang akan kalian lakukan. Jika kita diperlakukan seperti itu, hati dan perasaan kita akan sakit, apa kalian tahu itu????” jelas Mita dengan sangat lantang.
           Semua pun menjadi diam lagi. Mereka sadar mereka telah membuat Mita marah akan kelakuan mereka semua.
            “Mita, aku tidak bermaksud begitu. Kami ingin Riris sadar akan perbuatannya yang tidak kami sukai,” kata Vina.
            “Tapi bukan begitu caranya, cara kalian salah untuk membuat Riris sadar. Bukannya mengingatkan, tapi kalian malah menjauhinya. Itu jelas cara yang salah. Ingat, kita sekarang keluarga, ingat itu baik-baik! Kita semua harus terbuka pada keluarga, bukannya malah memusuhinya. Dalam keluarga, ada kasih sayang, bukan kebencian. Lalu apa yang harus kalian perbuat sekarang? Sebagai anggota keluarga!” kata Mita bertubi-tubi.
            Suasana kelas bertambah sunyi dan menjadi menegangkan. Seakan-akan mereka semua tak ada yang berani menjawab pertanyaan Mita. Mereka pun tak ada yang berani menatap wajah Mita.
            “Kita semua harus meminta maaf pada Riris,” jawab Vina dengan suara kecil.
            “Iya, benar, kita semua harus meminta maaf pada Riris, semua anak tak ada pengecualian bagi siapapun yang tidak bermaksud menjauhinya,” tegas Mita.
            Mita pun memulai untuk menghampiri Riris dan meminta maaf padanya atas perlakuan semua temannya. Lalu disusul semuanya secara bergantian. Suasana pun mencair dan seketika Riris menjadi menangis karena terharu.
            “Riris, aku benar-benar minta maaf atas perbuatanku, aku telah mempengaruhi teman-teman untuk menjauhimu. Aku mengaku salah, dan aku mohon, maafkan perbuatanku, aku janji tak akan mengulanginya. Maafkan aku, Riris.....” kata Anggun minta maaf pada Riris.
            “Iya, Anggun, aku tahu aku punya kebiasaan buruk yang tidak kalian sukai. Aku sudah memaafkan kalian semua. Dan mulai sekarang aku akan mencoba untuk menghilangkan kebiasaan burukku. Dan aku minta bantuan kalian semua untuk mengingatkanku agar tidak melakukan kebiasaan itu lagi,” kata Riris sambil menangis tersedu-sedu.
           “Teman-teman, aku bangga pada kalian semua, kalian mau minta maaf pada Riris atas perbuatan kalian. Ingat, di dunia ini tak ada manusia yang sempurna. Jadi kita harus saling menyayangi antar sesama, apalagi sekarang kita adalah keluarga. Dan jangan sampai kita mengulangi perbuatan seperti ini lagi, serta mulai sekarang kita harus selalu saling menyayangi,” jelas Mita.
            “Siap! Ketua!” jawab semua anak dengan kompak.





By : Rivie "Ipin"

0 comments:

Post a Comment